Selasa, 25 Mei 2010
For My Lovely Bunda
By: Ansar Adam M A
“Akan kulangkahkan kemana kaki ini dalam lorong dunia yang kejam, ketika ku tahu bunda harus kembali kepangkuan-Nya.”
Direngut sunyi kota Kuningan bunda telah membawa ku, kemana pun ia pergi ia selalu membawa ku dalam rahimnya. Sembilan bulan ia rela menemani ku kemana pun ia pergi, merawat ku dengan sangat hati-hati. Pada tanggal 21 september 1991 tepat pukul 00.03 ia rela mempertaruhkan nyawanya walaupun ia harus kembali ke sang Khalik hanya untuk melahirkan sang buah hati yang dinanti-nanti olehnya.
Ketika tangisan ku menjerit dalam ruang hampa yang dipenuhi oleh Malaikat-Nya yang siap membawa bunda untuk kembali kepada-Nya, namun terdapat senyum yang sangat indah dari bibir bunda. Ternyata sang Penguasa Alam Semesta masih menyayangi bunda, bunda masih diberi kenikmatan untuk menghirup segarnya udara.
Hari demi hari ia relakan untuk merawat ku dalam sebuah gubuk kecil di kota Kuningan. Hampir disetiap harinya ia menggendong ku, mengelus manja pipi ku, membelai rambut ku dengan penuh kasih dan sayang dan memberikan ku ASI untuk asupan gizi ku disetiap harinya.
Belaian lembut tangannya masih terasa hingga kini, kata demi kata yang ia ucapkan membuat ku mampu manjalani hidup dlam lorong dunia yang kejam. Ketika kecil saat aku akan berangkat ke sekolah, ku kecup halus tangannya, dalam sebuah kecupan penuh dengan doa yang tersirat darinya. Sepulangnya dari sekolah, ia menyambutku dengan senyum manis darinya, membawakan makanan untuk ku. Namun kini tiada lagi yang menyambutku disaat aku pulang dari sekolah, tak ada yang membawakan makanan untuk ku. Ia telah melepas ku, agar aku bisa bertahan dalam dunia yang kejam untuk persiapannya jika ia di panggil sang Khalik nantinya.
Ditengah raja malam yang membumbung tinggi dalam kegelapan, ku teringat akan pesan yang disampaikan olehnya, “adam, kalau nanti bunda udah gak ada, maafin bunda yah belum bisa bikin adam bahagia. Adam harus jadi anak yang baik dan soleh, agar selalu berdoa buat bunda dan ayah disana. Maafin buanda yah nak, kalau sampai saat ini belum sempat ngebahagiain adam.”. Seiring kuteringat kata-kata itu, berlinang air mata ku dank u memohon kepada-Nya, “ Ya Allah jika Kau izinkan kepada ku, ku mohon jangan cabut nyawa bunda sebelum sempat aku membahagiakannya, ku mohon cabutlah nyawa ku lebih dahulu darinya, aku masih ingin melihat senyum manis dari bibirnya.”
Sejenak ku berfikir, akan kulangkahkan kemana kaki ini dalam lorong dunia yang kejam, ketika ku tahu bunda harus kembali kepangkuan-Nya. Bunda maafkan anak mu yang berdosa kepada mu. Aku ingin melihat senyum mu, aku ingin membahagiakanmu sebelum ajal mu tiba.
For my lovely “bunda”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar